Warga Dukung Program AJI Gorontalo di 4 Desa Penyangga SM Nantu dan Tahura BJ Habibie

AJIGORONTALO — Program yang dilaksanakan oleh AJI Gorontalo di empat desa penyangga SM Nantu dan Tahura BJ Habibie mendapatkan dukungan luar biasa dari warga setempat.

Kepala Desa Bondula, Ismet Detu, dengan antusias menyatakan dukungannya terhadap program ini.

Ismet Detu, Kepala Desa Bondula, mengungkapkan bahwa ia sangat mendukung program yang dilaksanakan AJI Gorontalo selama 12 bulan di wilayahnya tersebut.

Ia berharap program ini dapat membantu masyarakat Desa Bondula mengembalikan kearifan lokal yang mulai hilang dan ditinggalkan oleh generasi sebelumnya.

Salah satu aspek penting dari program ini adalah melibatkan kelompok pemuda, yang memiliki peran penting dalam meneruskan tradisi kearifan lokal di Desa Bondula.

Ismet berharap program ini akan membantu para petani untuk menanam kembali pangan lokal seperti binde kiki dan padi tuhelo agar dapat dilestarikan.

“Saya berharap program ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat agar hidup sejahtera. Terutama bagi mereka yang tinggal di sekitar kawasan hutan,” harapnya.

Selain itu, ia juga menginginkan agar AJI Gorontalo dapat membantu pengelolaan lahan yang lebih baik untuk mencegah kerusakan hutan.

Program AJI Gorontalo ini menjadi bukti konkret bagaimana kolaborasi antara organisasi masyarakat dan warga lokal dapat menghasilkan dampak positif dalam pelestarian budaya dan lingkungan.

Dengan dukungan yang kuat dari warga, program ini memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan di wilayah ini.

AJI Gorontalo sendiri sejak Agustus 2023 mulai melakukan aksi konservasi di Bentang Alam SM Nantu dan Tahura BJ Habibie.

Program konservasi AJI Gorontalo ini bertajuk “Kampanye Perbaikan Tata Kelola Lahan Berbasis Konservasi di Bentang Alam SM Nantu dan Tahura BJ Habibie”.

Sosialisasi program sudah mulai digelar oleh AJI Gorontalo sejak akhir Agustus 2023 di masing-masing desa penyanggah SM Nantu dan Tahura BJ Habibie.

Program Manager (PM) untuk kegiatan ini, Renal Husa menjelaskan, bahwa dalam program ini AJI Gorontalo akan melakukan kerja-kerja konservasi di 4 desa dampingan.

“Jadi AJI Gorontalo akan bekerja selama 12 bulan melakukan aksi-aksi konservasi dan penyadartahuan di 4 desa penyanggah,” kata Renal, Jumat (1/9/2023).

Secara rinci, 4 desa yang disebut itu yakni Desa Bontula, Desa Bihe, dan Desa Pangahu di Kecamatan Asparaga, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Lalu di Desa Saritani, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

Saat ini kata Renal, demi mendapatkan dukungan para pihak termasuk pihak desa dan masyarakat, AJI Gorontalo kini sedang melakukan sosialisasi.

Adapun dalam melakukan kerja-kerjanya, AJI Gorontalo mendapat dukungan dari Program GEF SGP Indonesia, sebuah program dana hibah kecil yang bertujuan untuk memberikan solusi berkelanjutan terhadap tantangan lingkungan.

Program ini diimplementasikan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) dan dilaksanakan oleh Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL).

Menurut Renal Husa, topografi Provinsi Gorontalo berbentuk seperti mangkuk. Hal ini dikarenakan Provinsi Gorontalo dikelilingi pegunungan dan hutan.

Sumber air masyarakat yang berada di bawah, berasal dari sungai-sungai, yang salah satunya adalah Sungai Paguyaman dengan hulu sungai berada di SM Nantu.

Karena itu, aktifitas masyarakat yang berada di dekat SM Nantu sangatlah menentukan keberlangsungan hidup masyarakat banyak.

Jika pengelolaan lahan oleh masyarakat di sekitar kawasan SM Nantu bersifat merusak lahan, maka kerusakan hutan tidak dapat terhindari.

Hal ini dapat mengakibatkan aliran sungai dari hulu tidak dapat terbendung, sehingga provinsi Gorontalo berpotensi terendam air bah.

“Desa Bondula, adalah salah satu benteng terakhir untuk menyelamatkan kita dari kerusakan hutan. Akibatnya bisa menghilangkan tempat tinggal kita semua,” ujar Renal.

Hal itu dapat dicegah, ungkap Renal, jika masyarakat mau melakukan konservasi dan menata kembali lahan-lahan mereka agar terhindar dari kerusakan alam.

Renal menjelaskan, pencegahan kerusakan alam dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengetahuan dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *